. F PERANGI HAWA NAFSU BY,DEWA CHAKTI MANDRAGUNA ~ Selayang Pandang

Minggu, 31 Juli 2011

PERANGI HAWA NAFSU BY,DEWA CHAKTI MANDRAGUNA

Ramadhan telah tiba, pertarungan terbesar dalam sejarah manusia siap tergelar.  Soale biasanya, sang musuh bebuyutan umat muslim yang bernama hawa nafsu pasti akan semakin gencar melakukan serangannya. Dan faza sangat mengerti akan kesaktian dari sang hawa nafsu ini. Faza pun sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Siang malam faza melatih ilmu andalannnya yaitu ilmu Islam, karena faza tahu hanya ilmu Islam lah yang mampu mengalahkan sang hawa nafsu.  Ilmu Islam memiliki beberapa jurus yang menguatkannya, dan yang paling menentukan dari semua jurus itu adalah kuda-kuda ketakwaan dan tenaga sakti keimanan. Untuk melatih kuda-kuda ketakwaan dan tenaga sakti keimanan ini, dibutuhkan kesucian hati dan lurusnya niat. Dan malam ini, faza merasa siap untuk menghadapi sang hawa nafsu. Pagi buta sang hawa nafsu telah datang. Dia melancarkan serangan pertamanya sesaat setelah faza selesai makan sahur. Jurus maut dari hawa nafsu ini diberi nama jurus malas.  Hhmm.., sungguh luar biasa jurus ini.  Jurus malas ini mampu mendatangkan rasa dingin dan kantuk yang luar biasa. Andai faza belum malatih ilmu islam nya, belum tentu dia mampu bertahan untuk tetap mengambil air wudlu kala adzan subuh bersahutan. Alhamdulillah…, serangan pertama mampu faza gagalkan. Namun jangan sebut hawa nafsu bila dia menyerah begitu saja.  Serangan sporadis tetap ia lancarkan. Mulai jurus malas, kemudian dikembangkan menjadi jurus lemas, lalu dikombinasi dengan jurus amarah. Aihh.., sungguh luar biasa serangan-serangan itu. Dan sungguh beruntung, sucinya hati dan lurusnya niat mampu membuat kuda-kuda ketakwaan dan tenaga sakti keimanan bekerja secara baik sehingga ilmu Islam mampu membendung semua serangan-serangan itu. Hawa nafsu kembali beraksi, jurus mautnya yang bernama jurus lapar siap bersarang di perut faza. “Hahaha…, woiii…, hawa nafsu, percuma kau menyerangku dengan jurusmu itu. Menyerah sajalah…,” teriak faza sembari menghindari serangan itu.  Kuda-kuda ketakwaan beraksi, menuntun langkah faza tuk menghindar.  Set.. set.. set… Lalu faza balas menyerang dengan pukulan ilmu Islam yang sudah di saluri tenaga sakti keimanan. “Hiiiaaaatt….:, Saking dasyatnya pukulan itu, mana sanggup hawa nafsu untuk menghindar apalagi menangkisnya. Dan… desss…., dada sang lawan terkena pukulan dengan telak. “Aaaaa…,” teriakan serak dan panjang, lebih mirip sebuah lolongan keluar dari mulut sang hawa nafsu.  Tubuhnya terlempar jauh, berguling-guling sekian lama dan baru terhenti setelah membentur pohon toge. Perlahan sang hawa nafsu berusaha bangkit, tangan kirinya menyusut darah yang sempat keluar dari mulutnya. “Hhh…Hhhh…, kamu memang hebat faza, tapi aku belum kalah… Hhh…hhhh…,” kata hawa nafsu dengan nafas tersengal-sengal. “Tunggu serangan-seranganku berikutnya…,” lanjut sang hawa nafsu sebelum bergegas kabur meninggalkan kancah pertarungan. Faza hanya tersenyum mendengar ancaman itu, namun faza yakin dengan keampuhan ilmu Islam yang dia miliki.  Faza sangat yakin segala jurus-jurus godaan sang hawa nafsu akan dapat dia kalahkan. Kekalahan itu tidak membuat sang hawa nafsu jera.  Dia masih melancarkan serangan-serangan yang datang bergelombang.  Namun faza tetap tidak bergeming.  Ilmu Islam telah membuat kakinya kokoh untuk tetap melangkah ke tempat dia seharusnya berada. Tangannya yang telah disaluri tenaga sakti keimanan telah mampir bolak balik ke tubuh sang hawa nafsu, sehingga membuat sang hawa nafsu beberapa kali harus terjungkal dan muntah darah. Bedug maghrib tiba, dan saatnya faza dan keluarga berbuka.  Di hadapan faza kini terhampar beraneka macam makanan yang mengundang selera.  Sang hawa nafsu tahu dan dia segera melancarkan dua jurus sekaligus yaitu jurus rakus dan lapar. Dan kembali dia harus mengurut dada karena kedua jurus mautnya itu tidak mempan sama sekali.  Ilmu Islam telah membuat faza hanya mengambil segelas air putih dan sepotong roti, lalu bergegas menunaikan sholat maghrib. Selepas sholat maghrib, faza memilih tilawah Al-Qur’an hingga adzan Isya terdengar dari pada makan.  Selepas sholat Isya dan Tarawih, barulah faza makan. Sungguh kasihan melihat sang hawa nafsu, dia duduk meringkuk di pojokan, setelah lelah melancarkan sekian banyak serangan yang selalu gagal ketika berhadapan dengan ilmu Islam.  Kini dia hanya menjambaki rambutnya dan membanting-banting kakinya karena kesal. Aha..! satu ide brilian muncul di benak sang hawa nafsu.  Dia teringat bahwa masih ada cafe di tengah kota yang masih buka.  Maka dilancarkanlah jurus hawa nafsunya. Hehehe.., dia kembali kecele, karena faza lebih memilih tidur dari pada keluyuran malam-malam. Jam 00.00 faza terbangun, kala sang hawa nafsu tengah melancarkan jurus selimut mautnya.  Karena faza telah terbangun, sang hawa nafsu melancarkan jurus andalannya yang bernama rasa kantuk. Kembali untuk kesekian kalinya, sang hawa nafsu harus menyimpan rasa geram, karena faza telah mengeluarkan laptop dari sarangnya. Laptop dinyalakan, modem ditancapkan dan… Go…blog…! Jurus rasa kantuk terus dilancarkan, namun sama sekali tak terasakan oleh faza, karena faza kini tengah asyik minum kopi bersama teman-temannya sambil selonjoran dan pijat-pijatan. Hehehe… Jam 02.30, sang hawa nafsu makin memperkuat jurus rasa kantuknya, dengan pandangan faza makin buram, lalu di kipas agar kantuk makin hebat menyerang.  Namun kembali sejuta kecewa yang dia dapat. Ilmu Islam telah membuat faza memilih membangunkan sang nyonya untuk memeriahkan sepertiga malam dengan menghadap pada Alloh Ta’ala. Kemudian dilanjut dengan makan sahur bersama.

0 komentar:

Posting Komentar