. F SECERCAH HARAPAN PERMADANI BY, LINTANG SENJA ~ Selayang Pandang

Senin, 11 Juli 2011

SECERCAH HARAPAN PERMADANI BY, LINTANG SENJA

Dalam pekat malam ini hati masih berbisik tentangmu.
memeluk dingin yang kian menjelma.
ahh suara itu masih ada masih menyebut namaku
tapi tidak dengan hatimu yang kuharap menyambangi dataran rinduku.

wajahku meranggas terlempar senyum hambar
disini masih ku miliki coretan tentangmu
lukisan wajah yang ku simpan dalam beranda kisi hatiku

tiada ketara senyum yang ku umbar
menahan lelah dan letihnya waktu.
ku tak bisa mengimbangi tunduk wajahku dengan hatiku
sennyummu bagai embun yang meneduhkan dipagi hari
meski mentari kian mengikisnya kembali.

ku kemas kata hati dalam pusara malam
dimana sepi yang selalu bertandang menyinggahi ragaku
aku bagai sang musafir yang tak punya arah dan tujuan
diman harus bertempat dimana ku temukan dermaga dalam dayungku

ku bernaung dalam ketidak pastian egoku kian menjelma
kian merasuk dalam syaraf syaraf yang kian membekukan otakku
ku bertanya pada selendang sanubariku
meniti gemercik tetesan peluh yang tersisa.
hati meronta dalam pasungan jiwa
kian menyemai bersama kepingan asa

wujudmu tiada khayal bagiku
tiada perduli jika detik ini jantungku terhenti
malam mengoyak memaparkan puing puing rapuh dalam sanubari
tertawalah kau bersama pelipurmu
yang ku punya hanya malam saat ini.

risau an galau yang selalu bertandang menempati sudut sudut hati
sadarkan aku dalam asa yang tak terengkuh.
aku tertatih dalam mimpiku dan mengambang dalam sadarku
aku tergulung dalam gelombang badai kehidupan
tak lagi mampu tegap tuk berpijak

kemarau telah melanda musimku terkikis kian aus
akan secercah embun yang bertabur hinggap dikala
daun hatiku mengering
ku paparkan wajah dalam gejolak amarah

tepikan aku atas dasar rasaku
angin yang menyapa riak riak wajahku pun hanya berlalu
redamlah api yang kian melahap sukmaku
yang tak lagi utuh.
ku bersulang dengan raguku dengan angkuhku
yang memayungi dalam setiap dera yang mendera

tiada berpijar arah yang tertempuh
haruskah aku berlaksa untuk memapah langkahku
kini ku ukir kisah dalam tautan asa yang tak bermahkota
tersusun rapi bersama benang benang
yang mengikat dalam peraduan nyata
layakkah kini ku pijar mentari pagi
meluluhkan aronga kebekuan diufuk haru yang membatin..


0 komentar:

Posting Komentar