''ah....'' lenguh syair mengeluh.
paras untaian kata lebih bermakna
menista fatamorgana
di jilid-jilid waktu syair terlebur
terbakar desah kau hambar
merajam
hijab tabir syair
''kau menyerah?'' kata penyair mengalir
''aku tak peduli
ajakan mereka menerka
gelinjang aksara,
decak kagum birahi dan
konak norak di detak jantung
tak beraturan
semua tak lekang di selakang''
begitu katamu,bukan?
ahh,betapa sombongnya aku.
pecinta tiadalah makna
wahai pembaca,
karena kau racun dan kau pecundang
karena aku pecundang
kau apa?_
.
.
.
0 komentar:
Posting Komentar