. F Berharap ada Dalam Cinta Akan-Mu oleh Senandung Buat Ilalang Sunyi ~ Selayang Pandang

Minggu, 09 Oktober 2011

Berharap ada Dalam Cinta Akan-Mu oleh Senandung Buat Ilalang Sunyi

Berharap ada Dalam Cinta Akan-Mu

::::


Perjalanan dalam sirat-Mu Memang Pahit,
Sebab asbab Syurga Itu Manis,
Tiada sediki mahar untuk meminang surga-Mu
Pedih dan tangis adalah visa dalam muamalah-Mu
::::



“Maaf saudaraku, ada batasan mukhrim dalam bercengkrama..! bila berkhalawat mesti ada perantara.,” Cegah Syuaidah pada teman barunya di kantin kampus.

“Heeheheee, aku kan ketua senat ya.. ukhti, jadi tiada mengapa jika kita ikhtilat dalam urusan ke-mahasiswaan, ini zaman super sibuk, kapan lagi mencari perantara.” Berdalih Siswanto dalam percakapan senja it di sebuah taman

“Ya.., ikhwan, bolehlah antum ber-opini begitu.Tapi Allah? Dia tahu segalanya. Dia tahu isi hati setiap insani. Dia tahu niat kita!,” tegas suara Syuaidah membela. Pandangannya tetap tidak beranjak dari hijab.

Ketua BEM Siswanto merasa tertantang, selama dia menginjak kakinya di gerbang universitas-fakultas-dan jurusan.Tidak pernah perempuan berkata seperti itu kepadanya. Tegas pendiriannya menjaga ikhtilat. Itu yang membuatkan dia bertambah suka pada gadis itu. Selama ini dia menjadi idola, bahkan dia "Wanto" di kategorian the King dalam istana yang serba Glamor.

“Saya minta maaf, jika tersalah memahami nash. Ya ukhti terlepas dari itu, saya hanya mau bercurhat sejenak. Ada rasa yang saya pendam selama ini. Saya minta maaf sebelumnya, sebab saya kira ukhti sangat akrab dengan saya, sebagai mana canda kita di YM yang telah kita cipta bersama. Mustahil jika saya tak menyimpan benang-benang rindu sejak itu, Sebelum kita saling jumpa. Dugaan saya ukhti adalah wanita yang baik, solehah, sebab itu saya mencari-cari pemilik nick YM, saya telusuri sampai di kampus ini. Ternyata setelah bertemu ukhti menjaga jarak,”

Syuaidah tertegun dalam lenanya, bak terguyur embun di kala fajar menyisipkan sejuknya sejenak, sebelum gairah mentari keluar dari persembunyiannya di topeng embun pagi. Entah harus apa pikir sebuah nama Syuaidah. Syuaidah pun tetap tak beranjak mendengar luahan rasa si Ketua nan tampan, rebutan gadis kampus.

“Syuaidah, Saya tolak semua perempuan yang ingin mendampingi saya. Saya jaga pergaulan saya. Saya jaga semuanya, saya sholat hajat minta antumlah jadi teman hidup saya, tapi..., doa saya tak di jamah. Saya terus teringat sahabat maya saya yang banyak memberi kekuatan kepada saya untuk menjadi muslim sejati. Tapi, saya tak mengharap sebab antum telah memenjarakan saya di istana mahabbah antum. Saya memimpikan dirimu ya ukhti.”

“Ketua BEM yang saya hormati, indah tuturmu laksana kerlip pelangi kala hujan air mata langit membumi, namun sadarilah kita hanya sebatas pengeja bukan pengukir, jika tiada salah menafsir, tak kan salah tulang rusuk yang telah di jodohkan sebelum kita terlahir di bumi kinanah ini. Maka ada baiknya sama-sama kita merapatkan petunjuk yang telah di siratkan oleh-Nya." Elak Syuaidah yang menjaga agresor sang Ketua BEM yang membabi buta, impian Syuaidah adalah ikhwan yang mujahadah di jalan-Nya, bukan menomor satukan cinta duniawi semata...

“Tapi…saya mengharapkan perempuan solehah yang menemani saya. Susah mencari wanita muslimah yang kuat agamanya sekarang,” ucap Siswanto...





"Saudaraku mencari itu adalah satu usaha, ikhtiar," Bertutur Syuaidah, dia pun melanjutkan ucapannya

"Tapi ...., adakah usaha kita itu mencukupi tanpa pertolongan dari Allah? Saudaraku Sis..., Jika ingin yang terbaik, tanamkan jati diri yang terbaik. Memimpikan wanita solehah, jadilah insan yang soleh. Bukan kita berlari dari mighrab-Nya, ingin menjadi soleh, jangan tanamkan niat mencari isteri yang solehah semata. Ada anjuran perkara yang mungkin dapat di petik, ini juga untuk diri saya. Perbaiki diri kita, carilah cinta Allah," ucap Syuaidah mematahkan agresor rayuan maut yang salah menempatkan maknawi mahabbah.

Semilir anila pun menjaring petang di pendaran bias mentari, saga di ufuk barat, lamat-lamat adzan kan di kumandangkan dari balik surau, masjid. beranjak Syuaidah dari perakapan penat itu, dan dia bertutur sejenak

"Kakakku Sis, Bercintalah dengan Allah, Nawaitu fi Illah. Fa Insya Allah, bila tiba masanya, bila tiba saat di tetapkan kun fayakun-Nya, Allah yang akan menghadiahkan seorang isteri memuliakan cinta antum tanpa mengurangi Cinta antum pada Sang Pencinta. Alangkah muliya-Nya kita. Tidak rugi bercinta dengan Allah. Dialah pemilik sebenar cinta. Cintailah Dia, Dialah cinta yang hakiki. dan pada-Nya pemberian yang di Ridhoi,”


“Subhanallah.Cinta Allah. Kenapa aku tak pernah terfikir selama ni. Astaghfirullah haladhzim…?”

Samar-samar lantunan alam menyusup di gendang telinga Syuaidah, selepas Magrib di Mushola Kampus, terlintas dalam ruang imajinya, sebuah madah yang tersimpan di diary birunya.


:::: Pendaran cahaya di arakan Mega :::

Wahai Allah…
Rahmat-Mu kugapai cita itu…
Kasih-Mu kunikmati damai dengan-Mu…
Hanya dengan kuasa-Mu kudapati maghfirah-Mu…
Hadirkanlah impian teman sejatiku yang tak memalingkan aku pada-Mu
Ajari hati hamba memahami sakinah mawadah wa rahmah-Mu

Wahai Allah…
Laksana terjangan ombak di samudra lepas
 Kalbu hamba di terjang ombang-ambing ujian-Mu
Tirta bening mengkristal di telaga Al-kautsar-Mu
Karena cinta-Mu segenap jiwa menangkup ridho


Tebuang jiwa bak kelana di sahara-Mu
Ternukil kisah Uzlah Dibunuh Syahid,
Jiwa tetap ada dalam kalam cita dan cinta
Mengobar bias bara di sekam Sunnatullah
Bersidekap dalam sepoi anila Sunnaturrasul
Ombak Derita Tiada Henti,
Tenang Tegang Silih Berganti,
Islahkan hamba dalam Sirat mardhatilah-Mu

::::::::

Saduran cerita : Tersadur dari  hasil chating dengan seorang yang tak mau disebut namanya  
celebes 10-2011

0 komentar:

Posting Komentar